Sumbawa

Forum PRB Bedah Temuan Kajian Ketangguhan Pulau Kecil

Sumbawa Besar, anugerah-media.com
Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Sumbawa dan FPRB Provinsi NTB menggelar konsultasi publik hasil kajian ketangguhan pulau kecil. Konsultasi publik ini untuk mendengar masukan dari stakeholder terkait  untuk melengkapi hasil kajian. Tiga pulau kecil di Kabupaten Sumbawa menjadi sampel lokasi kajian, yaitu Pulau Bungin, Pulau Medang, dan Pulau Moyo. Masing-masing pulau ini mewakili karakteristik yang berbeda.
“Masing-masing pulau tentu berbeda dalam intervensinya nanti,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumbawa M Nurhidayat.
Pulau Bungin mewakili karakterisik pulau kecil yang sudah terhubung dengan Pulau Sumbawa. Masyarakat di Bungin sebagian besar mengandalkan hidup dari sektor perikanan dan kelautan. Pulau Medang merupakan pulau kecil yang daya dukungnya terbatas. Sebagian besar penduduk pulau ini mengandalkan hidup dari sektor perikanan dan kelautan. Pulau Moyo memiliki karakteristik sebagian besar kawasan taman nasional, masyarakatnya mengandalkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, dan sebagian kecil perikanan dan kelautan. Ketiga pulau ini memiliki ancaman bencana gempa, tsunami, banjir rob, abrasi, dan kekeringan.
Konsultasi publik ini menjadi ajang untuk menampung gagasan dari stakeholder untuk membangun ketangguhan pulau kecil. Bagi BPBD Sumbawa sendiri, hasil kajian ini bisa menjadi data dalam perencanaan program kebencanaan di Sumbawa dan pulau kecil khususnya.
“Dokumen kajian ini kami harapkan bisa diimplementasikan secara efektif,’’ katanya.
Wakil Ketua I FPRB Sumbawa Zainuddin mengatakan pelaksanaan kajian ketangguhan pulau kecil ini melibatkan FPRB Sumbawa dan FPRB NTB. Dalam proses penilaian di lapangan, anggota FPRB banyak belajar dari masyarakat. Di tengah berbagai keterbatasan di pulau, masyarakat memiliki strategi dalam ketangguhan bencana. Namun, dari hasil penilaian masih banyak kekurangan yang perlu mendapatkan perhatian.
“Misalnya untuk komponen dan akses layanan dasar itu masih banyak kekurangan, padahal ini adalah fondasi,’’ katanya.
Temuan lainnya, dasar sistem penanggulangan bencana, pengelolaan risiko bencana, kesiapsiagaan darurat, kesiapsiagaan pemulihan masih lemah. Di tiga pulau yang menjadi lokasi kajian, belum ada peraturan desa, dokumen di desa sebagai dasar sistem penanggulangan bencana. Begitu juga sistem peringatan dini, jalur evakuasi, edukasi kebencanaan masih lemah. Temuan ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan.
“Jadi ini gambaran riil di desa dan pulau bahwa ada titik lemah. Ini yang perlu diintervensi,’’ katanya.
Dalam kajian ini, FPRB Sumbawa dan FPRB NTB memberikan beberapa rekomendasi. Rekomendasi ini diharapka sebagai panduan dalam pelaksanaan program ketangguhan bencana di pulau kecil. Bagi FPRB Sumbawa sendiri, temuan ini sebagai dasar dalam melaksanakan program kerja pada tahun-tahun mendatang.
“Kami di FPRB bisa berkontribusi dalam memperkuat ketangguhan bencana di pulau-pulau kecil,’’ kata pria yang aktif di Tagana Kabupaten Sumbawa ini.
Sementara itu Ketua FPRB Provinsi NTB Rahmat Sabani mengatakan, kajian ketangguhan pulau kecil juga pernah dilakukan di Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air. Tiga pulau ini mewakili karakteristik sebagai destinasi wisata di Pulau Lombok. Hasil kajian di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa ini ke depannya bisa menjadi masukan dalam memperkuat ketangguhan pulau kecil.
“Bukan hanya untuk lokal daerah kita, tapi juga bisa menjadi model ketangguhan pulau kecil di tingkat nasional,’’ katanya.
Rahmat menyampaikan bahwa kegiatan kolaborasi antara FPRB Kabupaten Sumbawa dan FPRB Provinsi NTB ini didukung oleh Program SIAP SIAGA. Program kemitraan pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia ini memfasilitasi sejak proses penyusunan instrumen, ujicoba, proses penilaian di lapangan, hingga penyusunan dokumen. (*)

Tinggalkan Balasan