
Nama: Hendy Nandhika Islamiradi
NIM: 201810360311211
Prodi: Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Malang
Tiongkok mulai meningkatkan perhatiannyadengan memberikan bantuan ekonomi pada negara-negara yang berada di kawasan Pasifik Selatan. Total bantuan yang diberikan oleh Tiongkok mencapai US$ 1,05 triliun sejak tahun 2011 sampai tahun 2016. Kehadiran Tiongkok yang meningkat dalam kawasan Pasifik Selatan juga dibuktikan dengan program Belt and Road Initiative (BRI) yangdibiayai oleh Asian Infrastructure InvestmentBank (AIIB) oleh Tiongkok. BRI merupakan salah satu kebijakan yang diinisiasi oleh Presiden Tiongkok yaitu Xi Jinping. Program BRI memiliki 2 jalur perdagangan yaitu darat dan laut, di mana kedua jalur ini kemudian menghubungkan Tiongkok dengan berbagai kawasan yang salah satunya adalah jalur kepulauan Pasifik. Program ini memberikan manfaat yang cukup besar dalam sektor ekonomi kepulauan Pasifik.
Pada tahun 2019, Tiongkok melakukan kerjasama dengan Kepulauan Solomon melalui program Belt and Road Initiative (BRI) yang ditandatangani oleh PM Mannasseh Sogavare pada tahun 2019. Dalam kerjasama ini, Tiongkok menawarkan bantuan yang mencakup 9 provinsi dan daerah pedesaan pada sektor pendidikan, pertanian, perikanan dan lainnya serta pembangunan proyek infrastruktur yang mencapai $825 juta. Halini memicu kekhawatiran Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan bahwa Tiongkok dapat mengirim pasukan ke Kepulauan Solomon dan mendirikan pangkalan militer permanen di sana.
Kerjasama berlanjut pada tahun 2022, di mana Kepulauan Solomon menandatangani perjanjian kerjasama keamanan bilateral dengan Tiongkok, Kerjasama ini membuat pengaruh Tiongkok di kawasan Pasifik Selatan semakin besar. Rancangan perjanjian Tiongkok dengan Kepulauan Solomon berfokus pada peningkatan kapasitas keamanan Kepulauan Solomon. Akan tetapi terdapat klausul dalam perjanjian tersebut yang menyatakan bahwa Tiongkok dapat melakukan kunjungan kapal, melakukan penggantian logistik, dan singgah serta melakukan transisi di Kepulauan Solomon,serta mengirim pasukan Tiongkok ke negara tersebut untuk proyek. Klausa tersebut kemudian menggambarkan rencana Tiongkok dalam melakukan perluasan jangkauan militer di kawasan Pasifik Selatan, sesuai dengan kekhawatiran Amerika sebelumnya.
Perspektif Defensive Realism
Perspektif realisme defensif akan digunakan dalam menjelaskan fenomena tersebut. Perspektif realisme defensif (defensive realism) adalah sebuah konsep dalam hubungan internasional yang menekankan bahwa suatu negara tidak harus menggunakan kekuatannya secara berlebihan dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan counter attack terhadap negara lain yang bertujuan untuk menghindari ancaman dengan tidak melakukan counter attack balik pada negara lain tersebut. Realisme defensif tetap mempertahankan offence-defense balance yang kemudian akan mendukung pertahanan serta percaya bahwa semua negara kedepannya akan fokus pada kekuatan pertahanannya. Defense lebih baik daripada offense karena defense memiliki kemampuan dalam mempertahankan balance of powe dari pada power policy atau bahkan counter attack yang bertujuan untuk menyerang negara-negara lain dalam mencapai kepentingan nasionalnya.
Dalam kaitannya, Amerika Serikat melakukan counter attack terhadap ancaman pengaruh Tiongkok dengan memprioritaskan pembangunan pangkalan militer AS di Guam dan Australia, serta Palau yang menawarkan wilayahnya untuk menjadi tuan rumah pangkalan militer Amerika Serikat. Langkah offence-defense balance yang di lakukan AS merupakan cara untuk mendukung peningkatan pertahanannya. Perlu diketahui bahwa Amerika Serikat merupakan negara yang mendominasi kawasan Pasifik Selatan semenjak tahun 1900-an dan saat ini memiliki kekuatan militer yang sangat kuat di kawasan tersebut melalui U.S. Indo-Pacific Command. AS menganggap bahwa kerjasama Kepulauan Solomon dengan Tiongkok merupakan sebuah ancaman, karena dapat memungkinkan Tiongkok mengisi ulang kapal angkatan laut Kepulauan Solomon yang terletak secara strategis di kawasan Pasifik Selatan dan kemudian dapat membuka pintu bagi pangkalan angkatan laut Tiongkok serta akan memperluas jangkauan militernya di kawasan Pasifik Selatan.
Amerika Serikat serta sekutunya harus menyeimbangkan retorika mengenai pakta keamanan baru dan potensi ancamannya terhadap kepentingan Amerika Serikat dan membangun strategi baru untuk meningkatkan keterlibatannya di kawasan Pasifik Selatan karena AS sebelumnya mengabaikan Kepulauan Solomon dengan contoh menutup kedutaan besarnya di Kepulauan Solomon sejak tahun 1993, sedangkan Tiongkok meningkatkan pengaruhnya. Tidak cukup jika hanya membangun rencana mengundang para pemimpin Pasifik Selatan ke Washington, AS. Amerika Serikat juga harus berkoordinasi dengan berbagai pihak seperti sekutu regional, mitra serta sektor swasta untuk membangun kembali kehadiran serta keterlibatan di kawasan.(*)