Oleh Karyn Rahman

Karyn Rahman ( Pemerhati perempuan dan edukator)*
Program makan gratis di sekolah adalah inisiatif penting yang bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi bagi siswa selama jam sekolah. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan asupan gizi, hasil pendidikan, dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan. Program seperti ini telah diimplementasikan di banyak negara di seluruh dunia, seringkali dengan dukungan dari organisasi internasional dan pemerintah. Mari kita tinjau implementasi program makan gratis di Indonesia baru-baru ini, dengan membandingkannya dengan beberapa program serupa dari berbagai negara yang memiliki tujuan yang sama.
Amerika Serikat: Pionir dalam Program Makan Sekolah
Amerika Serikat telah lama menjadi contoh sukses dalam pelaksanaan program makan gratis di sekolah. National School Lunch Program (NSLP) yang diluncurkan pada tahun 1946 telah memberikan manfaat kepada jutaan siswa. Program ini tidak hanya menyediakan makanan bergizi tetapi juga mendukung pendidikan gizi dan pola makan sehat bagi siswa dan keluarga mereka.
Jepang: Menjaga Tradisi dengan Gizi Seimbang
Di Jepang, program makan sekolah dikenal sebagai “kyushoku” dan telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan. Sekolah-sekolah menyediakan makanan yang seimbang dan bervariasi, yang disiapkan dengan standar gizi yang ketat. Program ini tidak hanya fokus pada gizi tetapi juga pendidikan etika, dengan siswa yang dilibatkan dalam persiapan dan penyajian makanan.
Brazil: Mendorong Pertanian Lokal dan Ketahanan Pangan
Program makan gratis di Brazil, yang dikenal sebagai National School Feeding Program (PNAE), telah berhasil mengintegrasikan pertanian lokal dengan kebutuhan sekolah. Program ini memastikan bahwa siswa mendapatkan makanan yang segar dan bergizi sambil mendukung petani lokal. Inisiatif ini juga membantu dalam mengembangkan ketahanan pangan di komunitas.
India: Midday Meal Scheme
Midday Meal Scheme di India menyediakan makan siang gratis bagi siswa di sekolah negeri dan sekolah yang didukung pemerintah, dengan tujuan meningkatkan gizi dan pendidikan.
Kenya: Home-Grown School Feeding Program
Home-Grown School Feeding Program (HGSF) di Kenya membeli makanan dari petani lokal untuk menyediakan makanan bagi siswa, mendukung pendidikan sekaligus pertanian lokal.
Program-program ini sering menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk meningkatkan gizi anak dan pendidikan secara global. Untuk informasi lebih rinci, Anda dapat merujuk pada laporan dari organisasi seperti Global Child Nutrition Foundation (GCNF) dan World Food Programme (WFP).
Program Makan Gratis di Indonesia: Langkah Awal yang Berani
Di Indonesia, program makan gratis yang menonjol adalah Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS). Program ini bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi siswa sambil mendorong produksi pangan lokal. Program ini diluncurkan dengan harapan dapat mengatasi masalah kekurangan gizi dan meningkatkan partisipasi siswa dalam pendidikan. Inisiatif ini bertujuan untuk menyediakan makanan sehat bagi siswa yang mungkin tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup di rumah. Meskipun PROGAS merupakan inisiatif yang relatif baru di Indonesia, program ini telah menunjukkan dampak positif di beberapa daerah, dengan peningkatan kehadiran siswa dan konsentrasi selama pelajaran.
Manfaat Program Makan di Sekolah

Photo sumber: https://indonesia.go.id/resources/album/realisasi-program-makan-bergizi-gratis-anak-indonesia//Foto5.jpg
Tujuan utama program makan di sekolah adalah untuk mengatasi malnutrisi dan meningkatkan hasil pendidikan. Makanan bergizi dapat meningkatkan perkembangan kognitif, tingkat energi, dan kesehatan secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja akademik dan tingkat kehadiran siswa. Bagi siswa dari keluarga berpenghasilan rendah, program ini merupakan penyelamat, menyediakan setidaknya satu makanan yang dapat diandalkan setiap hari.
Kritik dan Tantangan
Meskipun manfaatnya, terdapat beberapa kritik terhadap program ini:
- Kritik Menu: Beberapa siswa mengkritik kualitas dan rasa makanan yang disediakan, mengklaim bahwa makanan tersebut tidak memenuhi standar atau preferensi pribadi mereka. Meskipun standar gizi terpenuhi, pendekatan yang sama untuk semua dapat mengabaikan selera dan preferensi beragam dari siswa yang berasal dari latar belakang sosial yang berbeda.
- Perbedaan Status Sosial: Dalam satu sekolah, status sosial-ekonomi siswa dapat sangat bervariasi. Mereka yang terbiasa makan apa saja yang mereka suka dan mampu membeli mungkin melihat makanan gratis sebagai sesuatu yang lebih rendah. Ini dapat menyebabkan stigma dan mengurangi nilai yang dirasakan dari program tersebut.
- Masalah Implementasi: Mengimplementasikan program makan gratis di seluruh negara adalah hal yang kompleks dan memerlukan banyak sumber daya. Memastikan kualitas yang konsisten, pendanaan yang memadai, dan manajemen yang efektif adalah tantangan besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan inisiatif ini.
Dukungan dari Guru dan Orang Tua
Guru dan orang tua, terutama mereka yang berasal dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih rendah, seringkali menyatakan dukungan kuat untuk program ini. Banyak pendidik telah menyaksikan secara langsung dampak kelaparan terhadap kemampuan siswa untuk fokus dan belajar. Makanan bergizi dapat membuat perbedaan signifikan dalam hari seorang siswa, mengubah tingkat energi dan kapasitas mereka untuk belajar.
Pendanaan dan Contoh dari Filipina
Salah satu contoh program makan di sekolah yang berhasil adalah School-Based Feeding Program (SBFP) di Filipina. Program ini terutama didanai oleh Departemen Pendidikan (DepEd), dengan dukungan tambahan dari pemerintah daerah dan berbagai organisasi. Selama bertahun-tahun, anggaran untuk program ini telah meningkat secara signifikan untuk menampung lebih banyak penerima manfaat dan memperpanjang hari pemberian makanan. Misalnya, pada FY 2024, anggarannya mencapai Php 11,7 miliar (sekitar $209 juta), dua kali lipat dari anggaran tahun sebelumnya. Program ini menyasar siswa Taman Kanak-kanak hingga Kelas 6 yang mengalami kekurangan gizi parah (Severely Wasted – SW) atau kekurangan gizi (Wasted – W). Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi penerima manfaat setidaknya 70% selama 120 hari pemberian makanan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan tingkat kehadiran di kelas sebesar 85% hingga 100%. Peningkatan ini menyoroti komitmen untuk memastikan bahwa siswa menerima gizi yang cukup untuk mendukung perjalanan pendidikan mereka.

Philippines feeding programs. photo sumber Philippine star